Di dalam otak manusia terdapat ratusan miliar sel saraf otak yang saling berkaitan melalui triliunan "kabel" atau serabut saraf yang berperan sebagai "jembatan penghubung" antara sel-sel saraf untuk saling mengantarkan pesan atau sinyal. Nah, untuk berkomunikasi secara efektif dengan sel saraf otak lainnya ini, dibutuhkan bahan kimia otak yang disebut Neurotransmitter.
Fungsi Neurotransmitter adalah :
Sel-sel saraf dalam tubuh hanya mampu menyediakan neurotransmitter sesuai kebutuhan. Ketersediaan neurotransmitter ini, pada kenyataannya, sangat dipengaruhi oleh hadirnya bahan baku yang berasal dari zat-zat gizi dalam makanan, seperti :
Contoh :
Saat seseorang kekurangan mengonsumsi GABA (gamma amino butiric acid), yang bersama-sama dengan serotonin untuk mengatur mood dan emosi, maka akan menyebabkan :
Pola makan orang-orang zaman modern, didominasi oleh aneka jenis makanan olahan yang mengandung bahan pengawet kimia, tidak hanya mempengaruhi kualitas kesehatan fisik, tetapi juga perilaku. walaupun kadarnya berbeda-beda antara setiap orangnya.
Mengapa demikian?
Karena zat-zat aditif dan zat-zat kimia sintesis yang berada dalam makanan olahan memiliki sifat memblok atau mengganggu neurotransmitter di otak. Ia bekerja dengan cara meniru cara kerja neurotransmitter.
Efek yang ditimbulkan dari banyak mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat aditif dan zat-zat sintesis ini adalah timbulnya perilaku yang tidak terkendali atau tidak diinginkan, seperti :
Oleh karenanya, kita hendaknya benar-benar menjaga pola asupan gizi agar proses neurotransmitter otak tidak terganggu. Sumber bacaan artikel ini dikutip dari http://www.dokpedia.com.
Semoga bermanfaat !
Fungsi Neurotransmitter adalah :
- Sebagai pembawa pesan atau sinyal antar sel-sel saraf tubuh ke otak.
- Otak akan menerima pesan-pesan dari pancaindera yang berfungsi sebagai reseptor (penerima rangsangan), baik itu pesan gambar, suara, bau, sentuhan, getaran, maupun rasa.
- Keberadaan neurotransmitter tidak hanya ditemui di otak, tetapi juga di pencernaan. Pesan yang diterima neurotransmitter pencernaan akan ditransfer melalui sejumlah neurotransmitter sampai mencapai neurotransmitter otak.
Sel-sel saraf dalam tubuh hanya mampu menyediakan neurotransmitter sesuai kebutuhan. Ketersediaan neurotransmitter ini, pada kenyataannya, sangat dipengaruhi oleh hadirnya bahan baku yang berasal dari zat-zat gizi dalam makanan, seperti :
- Asam amino triptofan,
- Vitamin B6,
- Vitamin C dan
- Beberapa jenis mineral.
- Proses pembentukan neurotransmitter akan menjadi terganggu
- Selanjutnya akan menghambat kelancaran kinerja otak dan
- Pada akhirnya akan mengganggu proses berpikir.
Contoh :
Saat seseorang kekurangan mengonsumsi GABA (gamma amino butiric acid), yang bersama-sama dengan serotonin untuk mengatur mood dan emosi, maka akan menyebabkan :
- Munculnya sifat agresif dan kegelisahan.
- Orang menjadi tidak tenang, Stres, dan cenderung tidak bahagia.
Pola makan orang-orang zaman modern, didominasi oleh aneka jenis makanan olahan yang mengandung bahan pengawet kimia, tidak hanya mempengaruhi kualitas kesehatan fisik, tetapi juga perilaku. walaupun kadarnya berbeda-beda antara setiap orangnya.
Mengapa demikian?
Karena zat-zat aditif dan zat-zat kimia sintesis yang berada dalam makanan olahan memiliki sifat memblok atau mengganggu neurotransmitter di otak. Ia bekerja dengan cara meniru cara kerja neurotransmitter.
Efek yang ditimbulkan dari banyak mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat aditif dan zat-zat sintesis ini adalah timbulnya perilaku yang tidak terkendali atau tidak diinginkan, seperti :
- Mudah marah,
- Beringas, atau bisa juga loyo (tidak semangat).
Oleh karenanya, kita hendaknya benar-benar menjaga pola asupan gizi agar proses neurotransmitter otak tidak terganggu. Sumber bacaan artikel ini dikutip dari http://www.dokpedia.com.
Semoga bermanfaat !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda disini, dan mohon komentar yang bersifat membangun / positif !