Artikel Terbaru

Sabtu, 12 November 2016

Rahasia Larisnya Warung Ketupat Mang Ali

Seperti biasanya setiap pagi hari sebelum berangkat kerja saya mampir dulu disebuah warung makan untuk sarapan pagi yang tidak terlalu jauh dari kost saya. Namanya “Warung Ketupat Mang Ali”. Warung mang Ali ini tiap hari tidak pernah sepi pengunjung, masakannya sederhana, murah daripada yang lainnya dan yang bikin orang suka mungkin selain enak, gurih dan pas rasa rempahnya adalah faktor kebersihannya. Pelayanannya juga bagus, ramah dan bersahabat sehingga setiap orang yang makan di warung beliau terasa nyaman.

Tiap pagi warung makan mang Ali ini selalu padat pengunjungnya, sehingga untuk makan terpaksa harus menunggu giliran. Sambil menunggu ada orang yang selesai makan, Saya pesan ketupat plus ikan gabus panggang satu ekor dan minumnya teh manis hangat. Tidak lama ada orang yang beranjak dari tempat duduk dan berjalan kearah kasir menandakan bahwa orang itu sudah selesai makan dan tempat duduk orang itupun saya ambil alih. 

Tidak lama juga setelah duduk, pesanan makanan pun sudah siap dihadapan saya. Sambil makan diiringi lagu-lagu slow, bikin suasana makan tambah nyaman. Tidak terasa saya selesai makan, sambil menghabiskan teh manis saya mendengar seorang ibu tua dengan pakaian lusuh bersama seorang anak kecil digendongannya. Ibu itu masuk warung dan duduk tidak jauh dari saya. Ibu itu bertanya pada mang Ali si pemilik warung makan “berapa harga ketupat sebiji ?”, “ tidak perbiji tapi per porsi”bilang mang Ali, satu porsi dua belas ribu rupiah lanjut mang Ali. Kemudian ibu tadi menyerahkan uang yang dipunyainya seribu rupiah kepada mang Ali sambil berkata “saya mau makan ketupat dengan uang secukupnya ini saja”. Kemudian mang Ali siapkan sama satu porsi sama seperti orang lain sambil berkata “ibu silahkan makan aja” sambil menyerahkan uang seribu rupiah yang dibayarkan tadi “ini uang ibu tadi saya kembalikan buat keperluan lainnya saja”, Bilang Mang Ali.

Sambil menikmati teh manis, saya sesekali mendengar anak si ibu itu merengek dan diam begitu disuapi ketupat. Nampaknya ibu dan anaknya ini lahap sekali makan dan tidak lama pun beranjak dari tempat duduk menghampiri Mang Ali sambil berkata “Terimakasih Mang atas kebaikannya”, “sama-sama”jawab Mang Ali. Kemudian ibu bilang lagi “Bisa minta kreseknya Mang?”, “untuk apa”bilang Mang Ali. “untuk membuat sisa makanan, buat saya dan anak saya makan besok“ bilang ibu tadi. Mang Ali pun mengambil kantong kresek dan dibungkuskan ketupat satu porsi dengan ikan satu ekor ikan gabus , sambil menyerahkan dan berkata kepada ibu itu “jangan yang bekas orang bu, ini bawa saja saya kasih saja untuk ibu, untuk makan besok ya !”, Sambil bersungut-sungut ibu tadi berkata “ terimakasih Mang” dan berjalan keluar warung mang Ali.

Tak terasa teh manis saya sudah habis, saya beranjak ke kasir dan nampak dikasir sudah ada satu orang lelaki muda usia belasan tahun, sedang membayar makanannya. Namun kasir bilang “mas ma’af uang pas saja ada ?”, Lelaki itu menjawab “Tidak ada, kalau begitu biar saja sisanya untuk bayarkan si ibu tadi saja”, jawab lelaki muda itu sambil beranjak keluar warung mang Ali. Dalam hati saya berkata “Masya Allah, ternyata zaman sekarang masih ada orang berhati mulia, masih muda lagi. 

Setelah bayar makanan, saya penasaran dengan lelaki itu, akhirnya saya ikuti dia dan tak lama dia berhenti disebuah swalayan. Saya amati dari kejauhan, nampak dia melepas baju kaos yang dipakainya dan kemudian memasang baju biru nampaknya dia seorang tukang parkir di swalayan itu. Kemudian saya memberanikan diri untuk mendekatinya. Setelah berkenalan dan saya bertanya “Mas tadi yang makan di warung Mang Ali kan? Yang bayarkan makanan ibu dengan satu anak tadi kan?”, “Iya” jawabnya. Lalu saya bilang “Memangnya ibu tadi itu orang tuanya mas ya?”, “Bukan”, jawabnya. Sambil memperbaiki pakaiannya lelaki itu berkata “Biasa saja mas, berbagi itu kewajiban bagi kita, apa artinya uang, jika tidak dipergunakan untuk kebaikan, memberi itu tidak buat kita susah, justru sebaliknya dan Insya Allah akan deberi lebih oleh Allah”, lanjut dia. Zaman boleh maju tapi akhlak dan budaya ajaran agama jangan sampai ikut terbawa zaman mas”, lanjut dia lagi. Sambil meniup pluit dengan gerakan tangannya mengarahkan pengendara yang akan parkir di halaman swalayan. Kemudian lelaki muda itu bilang “ma’af saya kerja dulu dan ma’af jangan tersinggung dengan ucapan saya”.

Mendengar ucapanya, saya tidak bisa berkata-kata banyak lagi dan saya pun melanjutkan perjalanan ke tempat kerja. Dalam perjalan saya benar-benar dibuat termenung, dalam hati saya berkata “memang sekarang ini susah ditebak, manusia tidak bisa dilihat dari sisi luarnya saja, Masya Allah. Tukang parkir saja bisa berbagi, padahal berapa gajinya?, Seandainya semua orang seperti lelaki muda ini pasti negara akan cepat maju dan tidak ada lagi gelandangan atau pengemis-pengemis berkeliaran di luar sana.

Ada dua pelajaran berharga yang saya dapatkan hari ini, pertama rahasia larisnya warung Ketupat Mang Ali, dan sikap lelaki muda si tukang parkir ini, sama-sama punya hati mulia dan punya kesamaan untuk berbagi dengan sesama terlebih pada yang tidak mampu. Ini ternyata rahasianya, Subhanallah ! Allah Maha Segalanya.

Semoga saja sikap lelaki muda itu menjadi inspirasi bagi kita untuk selalu berbuat baik dan berbagi kepada yang memerlukannya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda disini, dan mohon komentar yang bersifat membangun / positif !

Dirancang Oleh dbanua.com Berbagi Itu Indah 2016